Jumat, 14 November 2014

Implementasi TOGAF pada PT. Greenfields



BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Pada era ini sebuah organisasi hampir tidak dapat dipisahkan dari yang namanya penggunaan teknologi, mulai dari usaha mikro hingga sebuah negara menerapkan penggunaan teknologi untuk mempermudah, mempercepat sebuah usaha. Sehingga dibuatlah banyak cara agar sebuah organisasi dapat melakukan penerapan teknologi dengan cepat, salah satunya adalah pembuatan konsep Enterprise System yang mana ditujukan untuk organisasi dengan skala yang besar, misalnya sebuah negara.
Untuk membangun sebuah sistem yang baik agar penggunaan teknologi seperti komputer maka dibutuhkan yang namanya arsitektur sistem, ibarat bila ingin membangun rumah diperlukan seorang arsitektur untuk membuat arsitektur rumah terlebih dahulu yang kemudian bisa dilanjutkan kepada seorang insinyur atau tukang untuk proses pembangunan. Hal yang sama bagi pembangunan sebuah Enteprise System yang membutuhkan sebuah Enterprise Architecture untuk memulainya. Ada banyak orang yang mengembangkan Enterprise Architecture di dunia, mulai dari peneliti hingga sebuah negara, biasanya akan disebut Enterprise Architechture Framework. Negara sebesar Amerika Serikat memiliki Framework Enterprise Architecture sendiri yaitu Federal Enterprise Architecture Framework yang disingkat FEAF.
PT. Greenfields adalah sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang dairy. PT. Greenfields adalah studi kasus yang diambil untuk penerapan sebuah framework dari The Open Group Architecture Framework (TOGAF).

1.2  Rumusan Masalah
·         Bagaimana mengimplementasikan Enterprise Architecture TOGAF di PT. Greenfields ?
1.3  Batasan Masalah
·         Modul yang digunakan hanya Information System Achitecture.
·         Hanya mencakup proses bisnis utama yaitu peternakan, pemerahan, pengolahan, dan pengiriman.

1.4  Tujuan
·         Membuat rancangan sistem untuk mendukung bisnis PT. Greenfields dengan menggunakan TOGAF.
























BAB II
LANDASAN TEORI


2.1. Enterprise Architecure
Arsitektur enterprise yang merupakan salah satu disiplin dalam domain teknologi informasi memiliki definisi yaitu sebagai deskripsi misi para stakeholder mencakup parameter informasi, fungsionalitas, lokasi, organisasi, dan kinerja. Arsitektur enterprise menjelaskan rencana untuk membangun sistem atau sekumpulan sistem.  Arsitektur enterprise juga merupakan pendekatan logis, komprehensif, dan holistik untuk merancang dan mengimplementasikan sistem dan komponen sistem yang bersama. Basis aset informasi strategis, yang menentukan misi, informasi dan teknologi yang dibutuhkan untuk melaksanakan misi, dan proses transisi untuk mengimplementasikan teknologi baru sebagai tanggapan terhadap perubahan kebutuhan misi.
Salah satu tujuan dari pembangunan suatu arsitektur adalah memastikan penggunaan kembali komponen arsitektur yang ada, bisa berupa artifak model data bisnis, pola pengembangan atau beberapa komponen teknikal yang lebih rinci lainnya. Hal tersebut dapat memungkinkan terjadinya “dimensi lain” yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan bisnis lokal dengan proyek yang dikerjakan masing – masing. Sekumpulan arsitektur yang ada dapat digambarkan sebagai sebuah kebutuhan bisnis dan kebutuhan teknis IT yang mana dapat diterima secara global dan tidak saling menciptakan antar arsitektur dalam artian arsitektur yang ada tersebut benar – benar sejajar posisinya.
Arsitektur enterprise memiliki beberapa lapisan. Lapisan tersebut berupa empat komponen utama, yaitu :
a.  Arsitektur bisnis : Sebuah blueprint di perusahaan berisikan proses bisnis yang memberikan pemahaman umum organisasi dan digunakan untuk menyelaraskan tujuan strategis dan tuntutan taktis.
b.  Arsitektur Data : menjelaskan struktur data yang digunakan oleh suatu organisasi atau perusahan. Arsitektur ini berisikan deskripsi data, baik data yang ada dalam penyimpanan ataupun data yang bergerak. Selain itu berisikan juga deskripsi menyimpan, mengelola , dan pengaksesan dari artefak dan item data.
c.  Arsitektur Aplikasi : ditentukan berdasarkan kebutuhan bisnis. Ini melibatkan definisi interaksi antara aplikasi, database, dan sistem yang berapada pada middleware dalam hal cakupan fungsional. Hal ini membantu mengidentifikasi masalah integrasi atau kesenjangan dalam cakupan fungsional tersebut.
d. Arsitektur Teknologi : berisikan gambaran struktur dan perilaku dari infrastruktur teknologi dari suatu enterprise atau sistem. Seperti hardware dan software yang mendukung aplikasi dan bagaimana interaksinya
2.2. TOGAF
TOGAF adalah kerangka kerja arsitektur – Terbuka yang dikembangkan Grup Arsitektur Framework. TOGAF adalah alat untuk membantu dalam produksi, penerimaan, penggunaan, dan pemeliharaan arsitektur perusahaan. Hal ini didasarkan pada sebuah iterative model proses yang didukung oleh praktek-praktek terbaik dan satu set yang dapat digunakan kembali yang ada dalam sebuah arsitektur aset. TOGAF dikembangkan dan dikelola oleh The Open Group Architecture Forum. Versi pertama dari TOGAF, yang dikembangkan pada tahun 1995, didasarkan pada Kerangka Arsitektur Informasi Teknis Manajemen (TAFIM) Departemen Pertahanan AS. Mulai dari fondasi, Grup Arsitektur Forum Terbuka ini telah mengembangkan versi berturut-turut TOGAF di interval teratur dan diterbitkan setiap satu di situs web publik Open Group (www.opengroup.org) . TOGAF yang terakhir dikembangkan adalah TOGAF 9. TOGAF 9 pertama kali diterbitkan pada Januari 2009. TOGAF 9 dapat digunakan untuk mengembangkan berbagai perusahaan yang memiliki perbedaan arsitektur. Kunci TOGAF adalah Metode Pengembangan Arsitektur (Architecture Development Method / ADM ) yang digunakan untuk mengembangkan arsitektur perusahaan yang memenuhi kebutuhan bisnis. TOGAF membagi arsitektur enterprise ke dalam empat kategori, yaitu sebagai berikut :
1.      Business architecture, menjelaskan proses binis untuk memenuhi tujuannya.
2.      Application architecture, menjelaskan bagaimana aplikasi khusus dirancang dan bagaimana aplikasi berinteraksi satu dengan yang lainnya.
3.      Data architecture, menjelaskan bagaimana enterprise datastores diatur dan diakses.
4.      Technical architecture, menjelaskan infrasrtuktur hardware dan software yang mendukung aplikasi dan interaksinya.
TOGAF menggambarkan dirinya sebagai sebuah “kerangka,” namun bagian terpenting dari TOGAF adalah Architecture Development Method (ADM). ADM adalah resep untuk menciptakan arsitektur. Mengingat bahwa ADM adalah bagian dari TOGAF, TOGAF dikategorikan sebagai proses arsitektur sedangkan ADM sebagai metodologi. Dipandang sebagai proses arsitektur, TOGAF melengkapi Zachman yang dikategorikan sebagai taksonomi arsitektur. Zachman memberitahukan bagaimana mengkategorikan artefak. Sedangkan TOGAF menciptakan prosesnya. TOGAF pandangan dunia arsitektur enterprise sebagai kontinum dari arsitektur, mulai dari yang sangat umum sampai kepada yang sangat spesifik. TOGAF’s ADM menyediakan proses untuk mengemudikan gerakan dari umum ke khusus. TOGAF adalah sebuah landasan Arsitektur karena terdapat prinsip-prinsip arsitektural yang secara teoritis akan digunakan oleh organisasi TI. TOGAF memberikan metode yang detil bagaimana membangun dan mengelola serta mengimplementasikan arsitektur enterprise dan sistem informasi yang disebut dengan Architecture Development Method (ADM) (Open Group, 2009. Yang di kutip dari jurnal Roni Yunis, Kridanto Surendro, 2009).
ADM merupakan metode generik yang berisikan sekumpulan aktivitas yang digunakan dalam memodelkan pengembangan arsitektur enterprise. Metode ini juga dibisa digunakan sebagai panduan atau alat untuk merencanakan, merancang, mengembangkan dan mengimplementasikan arsitektur sistem informasi untuk organisasi (Yunis dan Surendro, 2008. Yang di kutip dari jurnal Roni Yunis, Kridanto Surendro, 2009). TOGAF ADM merupakan metode yang fleksibel yang dapat mengantifikasi berbagai macam teknik pemodelan yang digunakan dalam perancangan, karena metode ini bisa disesuaikan dengan perubahan dan kebutuhan selama perancangan dilakukan.

TOGAF ADM juga menyatakan visi dan prinsip yang jelas tentang bagaimana melakukan pengembangan arsitektur enterprise, prinsip tersebut digunakan sebagai ukuran dalam menilai keberhasilan dari pengembangan arsitektur enterprise oleh organisasi (Open Group, 2009. Yang di kutip dari jurnal Roni Yunis, Kridanto Surendro, 2009), prinsip-prinisip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)      Prinsip Enterprise
Pengembangan arsitektur yang dilakukan diharapkan mendukung seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang membutuhkan.
2)      Prinsip Teknologi Informasi (TI)
Lebih mengarahkan konsistensi penggunaan TI pada seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang akan menggunakan.
3)      Prinsip Arsitektur
Merancang arsitektur sistem berdasarkan kebutuhan proses bisnis dan bagaimana mengimplementasikannya.
Langkah awal yang perlu diperhatikan pada saat mengimplementasikan TOGAF ADM adalah mendefinisikan persiapan-persiapan yaitu dengan cara mengidentifikasi kontek arsitektur yang akan dikembangkan, kedua adalah mendefenisikan strategi dari arsitektur dan menetapkan bagian-bagian arsitektur yang akan dirancang, yaitu mulai dari arsitektur bisnis, arsitektur sistem informasi, arsitektur teknologi, serta menetapkan kemampuan dari arsitektur   yang akan dirancang dan dikembangkan (Harrison dan Varveris, 2006. Yang di kutip dari jurnal Roni Yunis, Kridanto Surendro, 2009). TOGAF ADM terdiri atas sepuluh fase sebagai berikut:
1. Preliminary Phase – fase ini mencakup aktivitas persiapan untuk menyusun kapabilitas arsitektur termasuk kustomisasi TOGAF dan mendefinisikan prinsip-prinsip arsitektur. Tujuan fase ini  adalah untuk menyakinkan setiap orang yang terlibat di dalamnya bahwa pendekatan ini untuk mensukseskan proses arsitektur. Pada fase ini harus menspesifikasikan who, what,  why, when, dan where dari arsitektur itu sendiri.
  • What adalah ruang lingkup dari usaha.
  • Who adalah siapa yang akan memodelkannya, siapa orang yang akan bertanggung jawab untuk mengerjakan arsitektur tersebut, dimana mereka akan dialokasikan dan bagaimana peranan mereka.
  • How adalah bagaimana mengembangkan arsitekture  interprise, menentukan  framework dan metode apa yang akan digunakan untuk menangkap informasi.
  • When adalah kapan tanggal penyelesaian arsitektur
  • Why adalah mengapa arsitektur ini dibangun. Hal ini berhubungan dengan tujuan organisasi yaitu bagaimana  arsitektur dapat memenuhi tujuan organisasi.
2. Phase A: Architecture Vision – fase ini merupakan fase inisiasi dari siklus pengembangan arsitektur yang mencakup pendefinisian ruang lingkup, identifikasi stakeholders, penyusunan visi arsitektur, dan pengajuan persetujuan untuk memulai pengembangan arsitektur.
Beberapa tujuan dari fase ini adalah :
  • Menjamin evolusi dari siklus pengembangan arsitektur mendapat pengakuan dan dukungan dari manajemen enterprise.
  • Mensyahkan prinsip bisnis, tujuan bisnis dan pergerakan strategis bisnis organisasi.
  • Mendefinisikan ruang lingkup dan  melakukan identifikasi dan memprioritaskan komponen dari arsitektur saat ini.
  • Mendefiniskan kebutuhan bisnis yang akan dicapai dalam usaha arsitektur ini dan batasannya.
  • Menghasilkan visi arsitektur yang menunjukan respon terhadap kebutuhan dan batasannya.
Beberapa langkah yang dilakukan pada fase ini adalah :
  • Menentukan / menetapkan proyek
  • Mengindentifikasi tujuan dan pergerakan bisnis. Jika hal ini sudah didefinisikan, pastikan definisi ini masih sesuai  dan lakukan klarifikasi terhadap bagian yang belum jelas.
  • Meninjau prinsip arsitektur termasuk prinsip  bisnis. Meninjau ini berdasarkan arsitektur saat ini yang akan dikembangkan. Jika hal ini sudah didefinisikan, pastikan definisi ini masih sesuai  dan lakukan klarifikasi terhadap bagian yang belum jelas.
  • Mendefinisikan apa yang ada di dalam dan di luar rungan lingkup usaha saat ini.
  • Mendefinisikan batasan-batasan seperti waktu, jadwal, sumber daya dan sebagainya.
  • Mengindentifikasikan stakeholder, kebutuhan bisnis dan visi arsitektur.
  • Mengembangkan Statement of Architecture Work.
  •  
3. Phase B: Business Architecture – fase ini mencakup pengembangan arsitektur bisnis untuk mendukung visi arsitektur yang telah disepakati. Pada tahap ini tools  dan  method  umum untuk pemodelan seperti:  Integration DEFinition (IDEF) dan  Unified Modeling Language  (UML) bisa digunakan untuk membangun model yang diperlukan.
Beberapa tujuan dari fase ini adalah :
  • Menguraikan deskripsi arsitektur bisnis dasar.
  • Mengembangkan arsitektur bisnis  tujuan, menguraikan strategi produk dan/atau service dan aspek geografis,  informasi, fungsional dan organisasi dari lingkungan bisnis yang berdasarkan  pada prinsip bisnis, tujuan bisnis dan penggerak strategi.
  • Menganalisi gap antara arsitektur saat ini dan tujuan.
  • Memilih titik pandang yang relevan yang memungkinkan arsitek mendemokan bagaimana maksud stakeholder dapat dicapai dalam arsitektur bisnis.
  • Memilih tools dan teknik relevan yang akan digunakan dalam sudut pandang yang dipilih.
Beberapa langkah yang dilakukan di fase ini adalah :
  • Mengembangkan deskripsi asitektur  bisnis saat ini untuk mendukung arsitektur bisnis target.
  • Mengindentifikasi reference model, sudut pandang dan tools
  • Melengkapi arsitektur bisnis
  • Melakukan gap analisis dan membuat laporan
  •  
4. Phase C: Information Systems Architectures – Pada tahapan ini lebih menekankan pada aktivitas bagaimana arsitektur sistem informasi dikembangkan. Pendefinisian arsitektur sistem informasi dalam tahapan ini meliputi arsitektur data dan arsitektur aplikasi yang akan digunakan oleh organisasi. Arsitektur data lebih memfokuskan pada bagaimana data digunakan untuk kebutuhan fungsi bisnis, proses dan layanan. Teknik yang bisa digunakan dengan yaitu:  ER-Diagram,  Class Diagram, dan  Object Diagram.
Tujuan dari fase ini adalah mengembangkan arsitektur tujuan dalam domain data dan aplikasi.  Ruang lingkup dari proses bisnis yang didukung dalam fase C dibatasi pada proses-proses yang didukung oleh TI dan  interface  dari proses-proses yang berkaitan dengan non-TI. Implementasi dari arsitektur ini mungkin tidak perlu dalam urutan yang sama, diutamakan terlebih dahulu yang begitu sangat dibutuhkan.
 Beberapa langakah yang diperlukan untuk membuat arsitektur data adalah:
  • Mengembangkan deskripsi arsitektur data dasar
  • Review dan validasi prinsip, reference model, sudut pandang dan tools.
  • Membuat model arsitektur
  • Memilih arsitektur data building block
  • Melengkapi arsitektur data
  • Melakukan gap analysis  arsitektur data saat ini dengan arsitektur data target  dan membuat laporan.
5. Phase D: Technology Architecture –Membangun arsitektur teknologi yang diinginkan, dimulai dari penentuan jenis kandidat teknologi yang diperlukan dengan menggunakan  Technology Portfolio Catalog yang meliputi perangkat lunak dan perangkat keras. Dalam tahapan ini juga mempertimbangkan alternatif-alternatif yang diperlukan dalam pemilihan teknologi.
Beberapa langkah yang diperlukan  untuk membuat arsitektur teknologi yaitu:
  • Membuat deskripsi dasar dalam format TOGAF
  • Mempertimbangkan  reference model arsitektur yang berbeda, sudut pandang dan tools.
  • Membuat model arsitektur dari building block
  • Memilih services portfolio yang diperlukan untuk setiap building block
  • Mengkonfirmasi bahwa tujuan bisnis tercapai
  • Menentukan kriteria pemilihan spesifikasi
  • Melengkapi definisi arsitektur
  • Melakukan  gap analysis antara arsitektur teknologi saat ini dengan arsitektur teknologi target.
6. Phase E: Opportunities and Solutions –  Pada tahap ini akan dievaluasi model yang telah dibangun untuk arsitektur saat ini dan tujuan, indentifikasi proyek utama yang akan dilaksanakan untuk mengimplementasikan arsitektur tujuan dan klasifikasikan sebagai pengembangan baru atau penggunaan kembali sistem yang  sudah ada. Pada fase ini juga akan direview gap analysis yang sudah dilaksanakan pada fase D.
Tujuan dari fase ini  adalah :
  • Mengevaluasi dan memilih pilihan implementasi yang diidentifikasikan dalam pengembangan arsitektur target yang bervariasi
  • Identifikasi parameter strategik untuk perubahan dan proyek yang akan dilaksanakan dalam pergerakan dari lingkungan saat ini ke tujuan.
  • Menafsirkan ketergantungan, biaya dan manfaat dari proyek-proyek yang bervariasi.
  • Menghasilkan sebuah implementasi keseluruhan dan strategi migrasi dan sebuah rencana implementasi detail.
7. Phase F: Migration and Planning – Pada fase ini akan dilakukan analisis resiko dan biaya. Tujuan dari fase ini adalah untuk memilih proyek implementasi yang bervariasi menjadi urutan prioritas. Aktivitas mencakup penafsiran ketergantungan, biaya, manfaat dari proyek migrasi yang bervariasi. Daftar  prioritas proyek akan berjalan untuk membentuk dasar dari perencanaan implementasi detail dan rencana migrasi.
8. Phase G: Implementation Governance – fase ini mencakup pengawasan terhadap implementasi arsitektur.
Tujuan dari fase ini adalah :
  • Untuk merumuskan rekomendasi dari tiap-tiap proyek implementasi
  • Membangun kontrak arsitektur untuk memerintah proses deployment dan implementasi secara keseluruhan
  • Melaksanakan fungsi pengawasan secara tepat selagi sistem sedang diimplementasikan dan dideploy
  • Menjamin kecocokan dengan arsitektur yang didefinisikan oleh proyek implementasi dan proyek lainnya.
9.  Phase H: Architecture Change Management – fase ini mencakup penyusunan prosedur-prosedur untuk mengelola perubahan ke arsitektur yang baru.  Pada fase ini akan diuraikan  penggerak perubahan dan bagaimana memanajemen perubahan tersebut, dari pemeliharaan sederhana sampai perancangan kembali arsitektur. ADM menguraikan strategi dan rekomendasi pada tahapan ini. Tujuan dari fase ini adalah untuk menentukan/menetapkan proses manajemen perubahan arsitektur untuk arsitektur  enterprice  yang baru dicapai dengan kelengkapan dari fase G. Proses ini akan secara khusus menyediakan monitoring berkelanjutan  dari hal-hal seperti pengembangan teknologi baru dan perubahan dalam lingkungan bisnis dan menentukan apakah untuk menginisialisasi secara formal siklus evolusi arsitektur yang baru.
10. Requirements Management – menguji proses pengelolaan architecture requirements sepanjang siklus ADM berlangsung.











BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Studi Kasus
            PT. Greenfields adalah sebuah perusahaan manufaktur di bidang susu, yang menghasilkan produk yaitu susu segar, keju, dan whipping cream. Ada 2 proses utama di dalam PT. Greenfields yaitu proses pemerahan, dan proses pengolahan. Proses pemerahan dan pengolahan sudah menggunakan mesin-mesin otomatis, yang mencakup proses pasteurisasi, sterilisasi, dan pengepakan.

3.2. Application Architecture
            Menilik dari bisnis proses yang ada pada PT. Greenfields maka didapatkan daftar aplikasi sebagai berikut:
1)      Production
Aplikasi Production meliputi Bill of Material, Material Requirement Planning, dan Production Schedule.
2)      Farm
Aplikasi Farm adalah sebuah aplikasi yang bertujuan untuk mengontrol peternakan yang ada mulai data sapi yang ada, stok makanan untuk sapi, history susu yang dihasilkan dari seekor sapi, dan history kesehatan sapi.
3)      Shipping
Aplikasi Shipping adalah sebuah aplikasi untuk mengontrol pengiriman yang dilakukan oleh PT. Greenfields. Aplikasi ini berisi pembuatan surat jalan, jumlah pengiriman yang dilakukan, estimasi waktu tempuh dan waktu kembali truk pengiriman. Aplikasi ini juga bisa dilihat oleh pihak eksternal yaitu customer untuk melihat kapan barang akan sampai lengkap dengan data muatan, truk, dan sopir.
4)      Maintenance
Aplikasi Maintenace ini adalah aplikasi yang berjalan dengan inputan banyaknya tugas yang telah dilakukan, contohnya mesin pemerah akan dilakukan maintenance setiap 1000 liter susu. Aplikasi ini akan melakukan kalkulasi kapan diperlukan maintenance dengan target yang sudah dipasang oleh pakar di bagian pemeliharaan mesin.

5)      Report Online
Aplikasi Report Online ini ditujukan untuk pihak eksekutif mengingat PT. Greenfield adalah perusahaan multinasional, di mana report harusnya bisa diakses di manapun dan kapanpun. Pada aplikasi ini akan muncul data eksklusif seperti data profit penjualan, dan data custom hasil dari data mining.
Aplikasi yang telah disebutkan di atas dapat dipilah dan digambarkan sebagai berikut:


Warna di atas adalah untuk membedakan siapa yang akan jadi penggunanya, misalnya bagian support memiliki 2 warna yaitu kuning dan biru berarti bagian support bisa mengakses aplikasi farm, shipping, dan maintenance.

3.3. Data Architecture
Data yang ada di PT. Greenfields harus terintegritas, oleh karena itu semua data akan dimasukkan kedalam sebuah database yang ada di server dan online. Penggunaan data warehouse dan data mining adalah hal wajib mengingat adanya aplikasi Reporting Online yang akan memiliki data custom untuk kalangan eksekutif seperti penjualan susu rasa apa yang paling laris masing-masing region. Data migration dan standarisasi data akan diperlukan mengingat masih adanya data yang belum terkomputerisasi atau sudah terkomputerisasi tetapi tidak menggunakan database. Jadi pada bagian Data Achitecture dapat dibuat daftar sebagai berikut:
1)      Database Management System
2)      Data Mining
3)      Data Warehouse
4)      Data Standardization
5)      Data Migration
Data yang akan dibutuhkan di dalam masing-masing aplikasi dapat dijabarkan sebagai berikut:
·         Production
Di dalam aplikasi produksi akan terdapat data, mulai dari data bahan baku, berapa banyak yang perlu dibuat, hingga data jenis kemasan apa yang akan dipakai.
·         Farm
Pada aplikasi Farm data yang paling penting adalah data sapi dan stok makanan sapi. Data sapi yang dimaksud mencakup berat sapi, umur sapi, kesehatan, terkahir kali vaksin, susu yang telah dihasilkan, berapa kali melahirkan.
·         Shipping
Aplikasi shipping memiliki data penting hanya 1 yaitu surat jalan lengkap dengan muatan. Akan tetapi ada data lain sebagai penunjang aplikasi yaitu data lokasi customer, yang nantinya akan digunakan sebagai perhitungan jarak tempuh dan waktu tempuh, data yang lainnya adalah data truk dan data sopir.
·         Maintenance
Aplikasi maintenance memiliki data mesin, dan data inputan dari pakar pemeliharaan mesin untuk variabel kapan diperlukan pemeliharaan untuk sebuah mesin. Data mesin mencakup nama mesin, merek mesin, kapan dibeli, history kerusakan mesin, history maintenace.
·         Report Online
Aplikasi ini tidak memiliki data yang pasti karena isinya datanya adalah sesuai permintaan pihak eksekutif, jadi bisa disimpulkan bahwa semua data yang ada digunakan oleh aplikasi ini.


BAB IV
KESIMPULAN

Dalam studi kasus ini yaitu PT. Greenfields membutuhkan sebuah arsitektur untuk sistem milik mereka yang masuk ke dalam kelas Enterprise. Oleh karena itu penulis dapat merekomendasikan sebuah arsitektur yang berlandaskan TOGAF pada bagian Information System Achitecture, di mana penulis merekomendasikan penggunaan database terpusat yang online dengan sederet aplikasi yaitu, Production, Farm, Shipping, Maintenance, Report Online.




REFERENSI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar