BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 
Latar Belakang
Pada era ini sebuah organisasi hampir tidak dapat
dipisahkan dari yang namanya penggunaan teknologi, mulai dari usaha mikro
hingga sebuah negara menerapkan penggunaan teknologi untuk mempermudah,
mempercepat sebuah usaha. Sehingga dibuatlah banyak cara agar sebuah organisasi
dapat melakukan penerapan teknologi dengan cepat, salah satunya adalah
pembuatan konsep Enterprise System yang
mana ditujukan untuk organisasi dengan skala yang besar, misalnya sebuah
negara.
Untuk membangun sebuah sistem yang baik agar
penggunaan teknologi seperti komputer maka dibutuhkan yang namanya arsitektur
sistem, ibarat bila ingin membangun rumah diperlukan seorang arsitektur untuk
membuat arsitektur rumah terlebih dahulu yang kemudian bisa dilanjutkan kepada
seorang insinyur atau tukang untuk proses pembangunan. Hal yang sama bagi
pembangunan sebuah Enteprise System
yang membutuhkan sebuah Enterprise
Architecture untuk memulainya. Ada banyak orang yang mengembangkan
Enterprise Architecture di dunia, mulai dari peneliti hingga sebuah negara,
biasanya akan disebut Enterprise
Architechture Framework. Negara sebesar Amerika Serikat memiliki Framework Enterprise Architecture
sendiri yaitu Federal Enterprise Architecture Framework yang disingkat FEAF.
PT. Greenfields adalah sebuah perusahaan multinasional
yang bergerak di bidang dairy. PT.
Greenfields adalah studi kasus yang diambil untuk penerapan sebuah framework dari The Open Group
Architecture Framework (TOGAF).
1.2 
Rumusan Masalah
·        
Bagaimana
mengimplementasikan Enterprise
Architecture TOGAF di PT. Greenfields ?
1.3 
Batasan Masalah
·        
Modul yang
digunakan hanya Information System
Achitecture.
·        
Hanya mencakup
proses bisnis utama yaitu peternakan, pemerahan, pengolahan, dan pengiriman.
1.4 
Tujuan
·        
Membuat
rancangan sistem untuk mendukung bisnis PT. Greenfields dengan menggunakan
TOGAF.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Enterprise
Architecure
Arsitektur enterprise
yang merupakan salah satu disiplin dalam domain teknologi informasi memiliki
definisi yaitu sebagai deskripsi misi para stakeholder mencakup parameter
informasi, fungsionalitas, lokasi, organisasi, dan kinerja. Arsitektur enterprise menjelaskan rencana untuk
membangun sistem atau sekumpulan sistem. 
Arsitektur enterprise juga
merupakan pendekatan logis, komprehensif, dan holistik untuk merancang dan
mengimplementasikan sistem dan komponen sistem yang bersama. Basis aset
informasi strategis, yang menentukan misi, informasi dan teknologi yang
dibutuhkan untuk melaksanakan misi, dan proses transisi untuk
mengimplementasikan teknologi baru sebagai tanggapan terhadap perubahan
kebutuhan misi. 
Salah satu tujuan dari pembangunan suatu
arsitektur adalah memastikan penggunaan kembali komponen arsitektur yang ada,
bisa berupa artifak model data bisnis, pola pengembangan atau beberapa komponen
teknikal yang lebih rinci lainnya. Hal tersebut dapat memungkinkan terjadinya
“dimensi lain” yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan bisnis lokal dengan
proyek yang dikerjakan masing – masing. Sekumpulan arsitektur yang ada dapat
digambarkan sebagai sebuah kebutuhan bisnis dan kebutuhan teknis IT yang mana
dapat diterima secara global dan tidak saling menciptakan antar arsitektur dalam
artian arsitektur yang ada tersebut benar – benar sejajar posisinya.
Arsitektur enterprise
memiliki beberapa lapisan. Lapisan tersebut berupa empat komponen utama, yaitu
: 
a.  Arsitektur
bisnis : Sebuah
blueprint di perusahaan berisikan proses bisnis yang
memberikan pemahaman umum organisasi dan
digunakan untuk menyelaraskan
tujuan strategis dan
tuntutan taktis.
b. 
Arsitektur Data : menjelaskan struktur
data yang digunakan oleh suatu organisasi atau perusahan. Arsitektur ini berisikan deskripsi data,
baik data yang ada dalam penyimpanan
ataupun data yang bergerak. Selain itu
berisikan juga deskripsi menyimpan,
mengelola , dan pengaksesan
dari artefak dan
item data.
c.  Arsitektur Aplikasi : ditentukan berdasarkan kebutuhan bisnis.
Ini melibatkan definisi
interaksi antara aplikasi, database, dan sistem
yang berapada pada middleware
dalam hal cakupan
fungsional. Hal ini membantu mengidentifikasi masalah integrasi atau kesenjangan
dalam cakupan fungsional
tersebut. 
d. Arsitektur
Teknologi : berisikan gambaran struktur
dan perilaku dari infrastruktur teknologi dari suatu enterprise atau sistem. Seperti hardware dan software yang
mendukung aplikasi dan bagaimana interaksinya
2.2. TOGAF
TOGAF adalah kerangka kerja
arsitektur – Terbuka yang dikembangkan Grup Arsitektur Framework. TOGAF adalah
alat untuk membantu dalam produksi, penerimaan, penggunaan, dan pemeliharaan
arsitektur perusahaan. Hal ini didasarkan pada sebuah iterative model proses
yang didukung oleh praktek-praktek terbaik dan satu set yang dapat digunakan
kembali yang ada dalam sebuah arsitektur aset. TOGAF
dikembangkan dan dikelola oleh The Open Group Architecture Forum. Versi pertama
dari TOGAF, yang dikembangkan pada tahun 1995, didasarkan pada Kerangka
Arsitektur Informasi Teknis Manajemen (TAFIM) Departemen Pertahanan AS. Mulai
dari fondasi, Grup Arsitektur Forum Terbuka ini telah mengembangkan versi
berturut-turut TOGAF di interval teratur dan diterbitkan setiap satu di situs
web publik Open Group (www.opengroup.org) . TOGAF yang terakhir dikembangkan
adalah TOGAF 9. TOGAF 9 pertama kali diterbitkan pada Januari 2009. TOGAF 9
dapat digunakan untuk mengembangkan berbagai perusahaan yang memiliki perbedaan
arsitektur. Kunci TOGAF adalah Metode Pengembangan Arsitektur (Architecture
Development Method / ADM ) yang digunakan untuk mengembangkan arsitektur
perusahaan yang memenuhi kebutuhan bisnis. TOGAF membagi arsitektur enterprise ke dalam empat
kategori, yaitu sebagai berikut : 
1.     
Business architecture, menjelaskan proses binis untuk memenuhi tujuannya.
2.     
Application architecture, menjelaskan bagaimana aplikasi khusus dirancang dan bagaimana aplikasi
berinteraksi satu dengan yang lainnya.
3.     
Data architecture, menjelaskan bagaimana enterprise datastores diatur dan diakses.
4.     
Technical architecture, menjelaskan infrasrtuktur hardware dan software yang mendukung
aplikasi dan interaksinya.
TOGAF
menggambarkan dirinya sebagai sebuah “kerangka,” namun bagian terpenting dari
TOGAF adalah Architecture Development Method (ADM). ADM adalah resep untuk
menciptakan arsitektur. Mengingat bahwa ADM adalah bagian dari TOGAF, TOGAF
dikategorikan sebagai proses arsitektur sedangkan ADM sebagai metodologi. Dipandang
sebagai proses arsitektur, TOGAF melengkapi Zachman yang dikategorikan sebagai
taksonomi arsitektur. Zachman memberitahukan bagaimana mengkategorikan artefak.
Sedangkan TOGAF menciptakan prosesnya. TOGAF pandangan dunia arsitektur
enterprise sebagai kontinum dari arsitektur, mulai dari yang sangat umum sampai
kepada yang sangat spesifik. TOGAF’s ADM menyediakan proses untuk mengemudikan
gerakan dari umum ke khusus. TOGAF adalah sebuah landasan Arsitektur karena
terdapat prinsip-prinsip arsitektural yang secara teoritis akan digunakan oleh
organisasi TI. TOGAF memberikan metode yang detil bagaimana membangun dan
mengelola serta mengimplementasikan arsitektur enterprise dan sistem informasi
yang disebut dengan Architecture Development Method (ADM) (Open Group, 2009.
Yang di kutip dari jurnal Roni Yunis, Kridanto Surendro, 2009).
ADM
merupakan metode generik yang berisikan sekumpulan aktivitas yang digunakan
dalam memodelkan pengembangan arsitektur enterprise. Metode ini juga dibisa
digunakan sebagai panduan atau alat untuk merencanakan, merancang,
mengembangkan dan mengimplementasikan arsitektur sistem informasi untuk
organisasi (Yunis dan Surendro, 2008. Yang di kutip dari jurnal Roni Yunis,
Kridanto Surendro, 2009). TOGAF ADM merupakan metode yang fleksibel yang dapat
mengantifikasi berbagai macam teknik pemodelan yang digunakan dalam
perancangan, karena metode ini bisa disesuaikan dengan perubahan dan kebutuhan
selama perancangan dilakukan.
TOGAF ADM
juga menyatakan visi dan prinsip yang jelas tentang bagaimana melakukan
pengembangan arsitektur enterprise, prinsip tersebut digunakan sebagai ukuran
dalam menilai keberhasilan dari pengembangan arsitektur enterprise oleh
organisasi (Open Group, 2009. Yang di kutip dari jurnal Roni Yunis, Kridanto
Surendro, 2009), prinsip-prinisip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)     
Prinsip Enterprise
Pengembangan arsitektur yang dilakukan diharapkan mendukung seluruh
bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang membutuhkan.
2)     
Prinsip Teknologi Informasi
(TI)
Lebih mengarahkan konsistensi penggunaan TI pada seluruh bagian
organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang akan menggunakan.
3)     
Prinsip Arsitektur
Merancang
arsitektur sistem berdasarkan kebutuhan proses bisnis dan
bagaimana mengimplementasikannya.
Langkah
awal yang perlu diperhatikan pada saat mengimplementasikan TOGAF ADM adalah
mendefinisikan persiapan-persiapan yaitu dengan cara mengidentifikasi kontek
arsitektur yang akan dikembangkan, kedua adalah mendefenisikan strategi dari
arsitektur dan menetapkan bagian-bagian arsitektur yang akan dirancang, yaitu mulai
dari arsitektur bisnis, arsitektur sistem informasi, arsitektur teknologi,
serta menetapkan kemampuan dari arsitektur   yang akan dirancang dan
dikembangkan (Harrison dan Varveris, 2006. Yang di kutip dari jurnal Roni
Yunis, Kridanto Surendro, 2009). TOGAF ADM terdiri atas sepuluh fase sebagai
berikut:
1. Preliminary Phase –
fase ini mencakup aktivitas persiapan untuk menyusun kapabilitas arsitektur
termasuk kustomisasi TOGAF dan mendefinisikan prinsip-prinsip arsitektur.
Tujuan fase ini  adalah untuk menyakinkan setiap orang yang terlibat di
dalamnya bahwa pendekatan ini untuk mensukseskan proses arsitektur. Pada fase
ini harus menspesifikasikan who, what,  why, when, dan where dari
arsitektur itu sendiri.
- What adalah ruang lingkup dari usaha.
 
- Who adalah siapa yang akan memodelkannya,
     siapa orang yang akan bertanggung jawab untuk mengerjakan arsitektur
     tersebut, dimana mereka akan dialokasikan dan bagaimana peranan mereka.
 
- How adalah bagaimana mengembangkan
     arsitekture  interprise, menentukan  framework dan metode apa
     yang akan digunakan untuk menangkap informasi.
 
- When adalah kapan tanggal penyelesaian
     arsitektur
 
- Why adalah mengapa arsitektur ini dibangun.
     Hal ini berhubungan dengan tujuan organisasi yaitu bagaimana 
     arsitektur dapat memenuhi tujuan organisasi.
 
2. Phase
A: Architecture Vision – fase ini merupakan
fase inisiasi dari siklus pengembangan arsitektur yang mencakup pendefinisian
ruang lingkup, identifikasi stakeholders, penyusunan visi arsitektur, dan
pengajuan persetujuan untuk memulai pengembangan arsitektur.
Beberapa tujuan dari fase
ini adalah :
- Menjamin evolusi dari
     siklus pengembangan arsitektur mendapat pengakuan dan dukungan dari
     manajemen enterprise.
 
- Mensyahkan prinsip
     bisnis, tujuan bisnis dan pergerakan strategis bisnis organisasi.
 
- Mendefinisikan ruang
     lingkup dan  melakukan identifikasi dan memprioritaskan komponen dari
     arsitektur saat ini.
 
- Mendefiniskan
     kebutuhan bisnis yang akan dicapai dalam usaha arsitektur ini dan
     batasannya.
 
- Menghasilkan visi
     arsitektur yang menunjukan respon terhadap kebutuhan dan batasannya.
 
Beberapa langkah yang
dilakukan pada fase ini adalah :
- Menentukan /
     menetapkan proyek
 
- Mengindentifikasi
     tujuan dan pergerakan bisnis. Jika hal ini sudah didefinisikan, pastikan
     definisi ini masih sesuai  dan lakukan klarifikasi terhadap bagian
     yang belum jelas.
 
- Meninjau prinsip
     arsitektur termasuk prinsip  bisnis. Meninjau ini berdasarkan
     arsitektur saat ini yang akan dikembangkan. Jika hal ini sudah
     didefinisikan, pastikan definisi ini masih sesuai  dan lakukan
     klarifikasi terhadap bagian yang belum jelas.
 
- Mendefinisikan apa
     yang ada di dalam dan di luar rungan lingkup usaha saat ini.
 
- Mendefinisikan
     batasan-batasan seperti waktu, jadwal, sumber daya dan sebagainya.
 
- Mengindentifikasikan
     stakeholder, kebutuhan bisnis dan visi arsitektur.
 
- Mengembangkan
     Statement of Architecture Work.
 
-  
 
3. Phase
B: Business Architecture – fase
ini mencakup pengembangan arsitektur bisnis untuk mendukung visi arsitektur
yang telah disepakati. Pada tahap ini tools  dan  method  umum
untuk pemodelan seperti:  Integration DEFinition (IDEF) dan  Unified
Modeling Language  (UML) bisa digunakan untuk membangun model yang
diperlukan.
Beberapa tujuan dari fase
ini adalah :
- Menguraikan deskripsi
     arsitektur bisnis dasar.
 
- Mengembangkan
     arsitektur bisnis  tujuan, menguraikan strategi produk dan/atau
     service dan aspek geografis,  informasi, fungsional dan organisasi
     dari lingkungan bisnis yang berdasarkan  pada prinsip bisnis, tujuan
     bisnis dan penggerak strategi.
 
- Menganalisi gap antara
     arsitektur saat ini dan tujuan.
 
- Memilih titik pandang
     yang relevan yang memungkinkan arsitek mendemokan bagaimana maksud
     stakeholder dapat dicapai dalam arsitektur bisnis.
 
- Memilih tools dan
     teknik relevan yang akan digunakan dalam sudut pandang yang dipilih.
 
Beberapa langkah yang
dilakukan di fase ini adalah :
- Mengembangkan
     deskripsi asitektur  bisnis saat ini untuk mendukung arsitektur
     bisnis target.
 
- Mengindentifikasi
     reference model, sudut pandang dan tools
 
- Melengkapi arsitektur
     bisnis
 
- Melakukan gap analisis
     dan membuat laporan
 
-  
 
4. Phase
C: Information Systems Architectures –
Pada tahapan ini lebih menekankan pada aktivitas bagaimana arsitektur sistem
informasi dikembangkan. Pendefinisian arsitektur sistem informasi dalam tahapan
ini meliputi arsitektur data dan arsitektur aplikasi yang akan digunakan oleh
organisasi. Arsitektur data lebih memfokuskan pada bagaimana data digunakan
untuk kebutuhan fungsi bisnis, proses dan layanan. Teknik yang bisa digunakan
dengan yaitu:  ER-Diagram,  Class Diagram, dan  Object Diagram.
Tujuan dari fase ini adalah
mengembangkan arsitektur tujuan dalam domain data dan aplikasi.  Ruang
lingkup dari proses bisnis yang didukung dalam fase C dibatasi pada
proses-proses yang didukung oleh TI dan  interface  dari
proses-proses yang berkaitan dengan non-TI. Implementasi dari arsitektur ini
mungkin tidak perlu dalam urutan yang sama, diutamakan terlebih dahulu yang
begitu sangat dibutuhkan.
 Beberapa langakah
yang diperlukan untuk membuat arsitektur data adalah:
- Mengembangkan
     deskripsi arsitektur data dasar
 
- Review dan validasi
     prinsip, reference model, sudut pandang dan tools.
 
- Membuat model arsitektur
 
- Memilih arsitektur
     data building block
 
- Melengkapi arsitektur
     data
 
- Melakukan gap
     analysis  arsitektur data saat ini dengan arsitektur data
     target  dan membuat laporan.
 
5. Phase
D: Technology Architecture –Membangun
arsitektur teknologi yang diinginkan, dimulai dari penentuan jenis kandidat
teknologi yang diperlukan dengan menggunakan  Technology Portfolio Catalog
yang meliputi perangkat lunak dan perangkat keras. Dalam tahapan ini juga
mempertimbangkan alternatif-alternatif yang diperlukan dalam pemilihan
teknologi.
Beberapa langkah yang
diperlukan  untuk membuat arsitektur teknologi yaitu:
- Membuat deskripsi
     dasar dalam format TOGAF
 
- Mempertimbangkan 
     reference model arsitektur yang berbeda, sudut pandang dan tools.
 
- Membuat model
     arsitektur dari building block
 
- Memilih services
     portfolio yang diperlukan untuk setiap building block
 
- Mengkonfirmasi bahwa
     tujuan bisnis tercapai
 
- Menentukan kriteria
     pemilihan spesifikasi
 
- Melengkapi definisi
     arsitektur
 
- Melakukan  gap
     analysis antara arsitektur teknologi saat ini dengan arsitektur teknologi
     target.
 
6. Phase
E: Opportunities and Solutions – 
Pada tahap ini akan dievaluasi model yang telah dibangun untuk arsitektur saat
ini dan tujuan, indentifikasi proyek utama yang akan dilaksanakan untuk
mengimplementasikan arsitektur tujuan dan klasifikasikan sebagai pengembangan
baru atau penggunaan kembali sistem yang  sudah ada. Pada fase ini juga
akan direview gap analysis yang sudah dilaksanakan pada fase D.
Tujuan dari fase ini 
adalah :
- Mengevaluasi dan
     memilih pilihan implementasi yang diidentifikasikan dalam pengembangan
     arsitektur target yang bervariasi
 
- Identifikasi parameter
     strategik untuk perubahan dan proyek yang akan dilaksanakan dalam
     pergerakan dari lingkungan saat ini ke tujuan.
 
- Menafsirkan
     ketergantungan, biaya dan manfaat dari proyek-proyek yang bervariasi.
 
- Menghasilkan sebuah
     implementasi keseluruhan dan strategi migrasi dan sebuah rencana
     implementasi detail.
 
7. Phase
F: Migration and Planning – Pada
fase ini akan dilakukan analisis resiko dan biaya. Tujuan dari fase ini adalah
untuk memilih proyek implementasi yang bervariasi menjadi urutan prioritas.
Aktivitas mencakup penafsiran ketergantungan, biaya, manfaat dari proyek
migrasi yang bervariasi. Daftar  prioritas proyek akan berjalan untuk
membentuk dasar dari perencanaan implementasi detail dan rencana migrasi.
8. Phase
G: Implementation Governance – fase
ini mencakup pengawasan terhadap implementasi arsitektur.
Tujuan dari fase ini adalah
:
- Untuk merumuskan
     rekomendasi dari tiap-tiap proyek implementasi
 
- Membangun kontrak
     arsitektur untuk memerintah proses deployment dan implementasi secara
     keseluruhan
 
- Melaksanakan fungsi
     pengawasan secara tepat selagi sistem sedang diimplementasikan dan
     dideploy
 
- Menjamin kecocokan
     dengan arsitektur yang didefinisikan oleh proyek implementasi dan proyek
     lainnya.
 
9.  Phase
H: Architecture Change Management – fase
ini mencakup penyusunan prosedur-prosedur untuk mengelola perubahan ke
arsitektur yang baru.  Pada fase ini akan diuraikan  penggerak
perubahan dan bagaimana memanajemen perubahan tersebut, dari pemeliharaan
sederhana sampai perancangan kembali arsitektur. ADM menguraikan strategi dan
rekomendasi pada tahapan ini. Tujuan dari fase ini adalah untuk
menentukan/menetapkan proses manajemen perubahan arsitektur untuk arsitektur 
enterprice  yang baru dicapai dengan kelengkapan dari fase G. Proses ini
akan secara khusus menyediakan monitoring berkelanjutan  dari hal-hal
seperti pengembangan teknologi baru dan perubahan dalam lingkungan bisnis dan
menentukan apakah untuk menginisialisasi secara formal siklus evolusi
arsitektur yang baru.
10. Requirements
Management – menguji proses
pengelolaan architecture requirements sepanjang siklus ADM berlangsung.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
Studi
Kasus
            PT. Greenfields adalah sebuah
perusahaan manufaktur di bidang susu, yang menghasilkan produk yaitu susu
segar, keju, dan whipping cream. Ada
2 proses utama di dalam PT. Greenfields yaitu proses pemerahan, dan proses
pengolahan. Proses pemerahan dan pengolahan sudah menggunakan mesin-mesin
otomatis, yang mencakup proses pasteurisasi, sterilisasi, dan pengepakan.
3.2. Application
Architecture
            Menilik
dari bisnis proses yang ada pada PT. Greenfields maka didapatkan daftar
aplikasi sebagai berikut:
1)     
Production
Aplikasi
Production meliputi Bill of Material, Material Requirement Planning, dan
Production Schedule.
2)     
Farm
Aplikasi
Farm adalah sebuah aplikasi yang bertujuan untuk mengontrol peternakan yang ada
mulai data sapi yang ada, stok makanan untuk sapi, history susu yang dihasilkan
dari seekor sapi, dan history kesehatan sapi.
3)     
Shipping
Aplikasi
Shipping adalah sebuah aplikasi untuk mengontrol pengiriman yang dilakukan oleh
PT. Greenfields. Aplikasi ini berisi pembuatan surat jalan, jumlah pengiriman
yang dilakukan, estimasi waktu tempuh dan waktu kembali truk pengiriman.
Aplikasi ini juga bisa dilihat oleh pihak eksternal yaitu customer untuk melihat
kapan barang akan sampai lengkap dengan data muatan, truk, dan sopir.
4)     
Maintenance
Aplikasi
Maintenace ini adalah aplikasi yang berjalan dengan inputan banyaknya tugas
yang telah dilakukan, contohnya mesin pemerah akan dilakukan maintenance setiap
1000 liter susu. Aplikasi ini akan melakukan kalkulasi kapan diperlukan
maintenance dengan target yang sudah dipasang oleh pakar di bagian pemeliharaan
mesin.
5)     
Report Online
Aplikasi
Report Online ini ditujukan untuk pihak eksekutif mengingat PT. Greenfield
adalah perusahaan multinasional, di mana report harusnya bisa diakses di
manapun dan kapanpun. Pada aplikasi ini akan muncul data eksklusif seperti data
profit penjualan, dan data custom hasil dari data mining.
Aplikasi yang
telah disebutkan di atas dapat dipilah dan digambarkan sebagai berikut:
Warna di atas
adalah untuk membedakan siapa yang akan jadi penggunanya, misalnya bagian
support memiliki 2 warna yaitu kuning dan biru berarti bagian support bisa
mengakses aplikasi farm, shipping, dan maintenance.
3.3. Data
Architecture
Data yang ada di
PT. Greenfields harus terintegritas, oleh karena itu semua data akan dimasukkan
kedalam sebuah database yang ada di server dan online. Penggunaan data
warehouse dan data mining adalah hal wajib mengingat adanya aplikasi Reporting
Online yang akan memiliki data custom untuk kalangan eksekutif seperti
penjualan susu rasa apa yang paling laris masing-masing region. Data migration
dan standarisasi data akan diperlukan mengingat masih adanya data yang belum
terkomputerisasi atau sudah terkomputerisasi tetapi tidak menggunakan database.
Jadi pada bagian Data Achitecture dapat dibuat daftar sebagai berikut:
1)     
Database
Management System
2)     
Data Mining
3)     
Data Warehouse
4)     
Data
Standardization
5)     
Data Migration
Data yang akan
dibutuhkan di dalam masing-masing aplikasi dapat dijabarkan sebagai berikut:
·        
Production
Di
dalam aplikasi produksi akan terdapat data, mulai dari data bahan baku, berapa
banyak yang perlu dibuat, hingga data jenis kemasan apa yang akan dipakai.
·        
Farm
Pada
aplikasi Farm data yang paling penting adalah data sapi dan stok makanan sapi.
Data sapi yang dimaksud mencakup berat sapi, umur sapi, kesehatan, terkahir
kali vaksin, susu yang telah dihasilkan, berapa kali melahirkan.
·        
Shipping
Aplikasi
shipping memiliki data penting hanya 1 yaitu surat jalan lengkap dengan muatan.
Akan tetapi ada data lain sebagai penunjang aplikasi yaitu data lokasi
customer, yang nantinya akan digunakan sebagai perhitungan jarak tempuh dan
waktu tempuh, data yang lainnya adalah data truk dan data sopir.
·        
Maintenance
Aplikasi
maintenance memiliki data mesin, dan data inputan dari pakar pemeliharaan mesin
untuk variabel kapan diperlukan pemeliharaan untuk sebuah mesin. Data mesin
mencakup nama mesin, merek mesin, kapan dibeli, history kerusakan mesin,
history maintenace.
·        
Report Online
Aplikasi
ini tidak memiliki data yang pasti karena isinya datanya adalah sesuai
permintaan pihak eksekutif, jadi bisa disimpulkan bahwa semua data yang ada
digunakan oleh aplikasi ini.
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam studi kasus ini yaitu PT. Greenfields
membutuhkan sebuah arsitektur untuk sistem milik mereka yang masuk ke dalam
kelas Enterprise. Oleh karena itu
penulis dapat merekomendasikan sebuah arsitektur yang berlandaskan TOGAF pada
bagian Information System Achitecture, di mana penulis merekomendasikan
penggunaan database terpusat yang online dengan sederet aplikasi yaitu,
Production, Farm, Shipping, Maintenance, Report Online. 
REFERENSI